Cari Blog Ini

Jumat, 28 Agustus 2020

RISMEN SINAMBELA: CIPTAKAN ALAT PENDETEKSI KEMATANGAN KELAPA SAWIT UNTUK OPTIMALKAN HASIL PANEN

 


“Proses panen harus dilakukan ketika buah berada pada kematangan optimal untuk mendapatkan kandungan minyak sawit yang tinggi.”

Rismen Sinambela merupakan putar kelahiran Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatra Utara 17 November 1969. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen berhasil mengembangkan alat pendeteksi kematangan kelapa sawit berbasis sensor induktif. Alat yang dibuatnya ini sekaligus menjadi bahan penelitiannya selama menjadi mahasiswa Pascasarjana untuk meraih gelar doktor teknik dari Universitas IPB Bogor, Jawa Barat. Dihadapan tim penguji sidang terbuka pada Senin, 22 Juni 2020 yang diketuai Prof. DR.Ir. Tineke Mandang M.S, Dr. Ir. I Dewa Made Subrata M.S, dan Dr. Ir. Wawan Hermawan M.S yang sekaligus menjadi dosen pembimbing. Pria berusia 51 tahun ini berhasil dinyatakan berhasil mempertahankan disertasinya dan berhak meraih gelar doktor Ilmu Keteknikan Pertanian dan lulus dengan Cum Laude.

Pria yang mengajar di Fakultas Teknik Universtias Mpu Tantular Jakarta ini saat sidang berlangsung oleh penguji mendapat pujian dari berbagai tim penguji. Salah satunya dari penguji luar komisi Dr. Abdul Roni Angkat MS yang juga merupakan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Pertanian, Republik Indonesia. “Saya sangat berterimakasih, karena ini yang kedua kalinya, saya jadi penguji berkaitan dengan kelapa sawit,” kata Roni mengawali pertanyaannya. Setelah mendengarkan paparan peneliti, ia mengatakan bahwa alat ini sangat dibutuhkan petani kelapa sawit dan alat yang sangat menarik. Namun demikian ia menyarankan agar alat ini diuji sejauh mana keberadaan alat ini dapat meningkatkan efektifitas dan produktivitas hasil kelapa sawit bagi petani. Ia pun berharap agar alat ini disempurnakan, sehingga hari dan tanggal panen bisa ditentukan.

Sebelumnya suami dari Sondang Lumban Gaol dihadapan sidang terbuka memaparkan bahwa alat yang dibuat bertujuan untuk dapat mengindentifikasi posisi kematangan kelapa sawit yang optimal dengan berbagai posisi tandan yang berbeda. Dengan alat ini diharapkan bagi petani kelapa sawit dapat melakukan pengukuran dan mengevaluasi kematangan kelapa sawit sebelum dipanen. “ Dengan alat ini tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang akan dipanen akan memiliki kadar minyak yang maksimal, sebelum panen terlebih dahulu dipastikan melalui pengukuran hingga tandan buah sawit memiliki kadar minyak yang maksimal,” kata ayah dari 3 anak ini yaitu Amos Christ Kevin Sinambela, Ramos Theodore Sinambela dan Joanna Anggita Sinambela ini.

Menurut anak ke-enam dari tujuh bersaudara ini,  identifikasi kematangan tandan buah segar kelapa sawit adalah komponen penting dalam pengelolaan panen kelapa sawit, karena akan menghasilkan profitabilitas dan daya jual produk. “Proses panen harus dilakukan ketika buah berada pada kematangan optimal untuk mendapatkan kandungan minyak sawit yang tinggi,” katanya dengan tegas.

Peraih gelar master teknik mesin dari Universitas Pancasila yang juga merupakan putra seorang guru SMP Negeri 1 Dolok Sanggul ini, membandingkan tingkat akurasi alat yang dibuatnya dengan penelitian sebelumnya. Setelah melalui serangkaian pengujian dan membuat simulasi model matematis,  alat yang dikembangkannya dapat menentukan tingkat kematangan kelapa sawit dengan akurasi hingga 92,50 persen. Dimana semakin matang tandan buah sawit (TBS) maka kadar air semakin menurun. Dengan menurunnya kadar air tandan buah sawit memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi.

Secara sederhana penerima Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia Dalam Negeri (BUDI DN) tahun 2016 ini menjelaskan, arsitektur perangkat deteksi kematangan tandan buah segar kelapa sawit merupakan seperangkat alat digital yang dengan mudah dibawa ke lapangan. Alat ini dilengkapi dengan tombol hidup/mati, port baterai isi ulang, bluetooth, port micro SD, sensor Indukstif, panel pemrosesan sinyal, panel penginderaan, tongkat yang bisa disesuaikan dengan ketinggian pohon sawit, dan Ponsel.

Ia menuturkan cara kerja alat yang dibuatnya, secara prinsip dasar penginderaan induktif ini didasarkan pada sirkuit tangki induktor-kapasitor (LC) yang dipompa oleh osilator di mana induktor dibuat dari koil dan kapasitor penginderaan. Sebagai target konduktif kapasitor penginderaan ditempelkan ke TBS, Resonansi frekuensi akan berubah sesuai dengan kadar air TBS. Parameter utama untuk mengidentifikasi kematangan dan memperkirakan waktu panen kelapa sawit adalah frekuensi resonansi. Secara teori, frekuensi resonansi menyiratkan frekuensi unik yang ditentukan oleh nilai-nilai kapasitansi dan induktansi. Perubahan frekuensi sangat dipengaruhi oleh nilai kapasitansinya, karena ini sangat terkait dengan sifat dielektrik kelapa sawit. Sehingga setiap umur tertentu dari kematangan kelapa sawit memiliki nilai frekuensi resonansi yang khas.

Namun ia masih menaruh harapan untuk penyempurnaan alat ini kedepan yaitu menjadi alat dengan teknologi berbasis website dengan memanfaatkan global positioning system (GPS). Dengan alat ini, nantinya data ril posisi tandan buah segar kelapa sawit yang mau dipanen, dari lapangan bisa langsung terpantau dari laborotorium untuk memastikan jumlah produksi tandan buah segar yang menghasilkan kandungan minyak yang lebih tinggi.  Penulis: Bantu Hotsan Simanullang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar